Rabu, 08 Juli 2009

Jadi Orang Baik (bag. 1)

“Jika Allah hendak menjadikan seseorang menjadi baik, maka gembok (kunci) hatinya dibuka oleh Allah, dan menjadikan keyakinan (kepada Allah) dan kebenaran dalam hati itu, dan menjadikan hatinya mudah memahami ilmu yang sampai kepadanya, menjadikan hatinya sehat, lisannya jujur dan tindakan-tindakannya menjadi lurus, telinganya mudah mendengar kebenaran (nasihat) serta menjadikan mata hatinya mudah melihat”.

Itulah terjemahan hadits Nabi SAW yang diriwaatkan Imam Bukhori dari Abu Dzar dalam kitab Mukhtarul Ahadits No. 60 Hal. 10, yang saya nukil dari penjelasan Ustadz Marzuki Mustamar (dianjurkan baca bahasa arabnya).

Beliau menjelaskan yang termasuk gembok hati antara lain:
1.Penyakit Hati seperti : dengki, iri hati, dendam, dan lain-lain.
Maka ketika Allah hendak menjadikan seserang menajdi orang yang baik, maka Allah akan menghilangkan penyakit-penyakit hati tersebut. Tentunya harus juga ada ikhtiar dari orang tersebut, dia harus juga berusaha untuk menghilangkan penyakit hatinya.

Ia harus berusaha menjadi orang yang tidak mendendam, iri hati, dengki dan sebagainya, bukan tidak mau berusaha untuk mengubah dirinya.
Ustadz mengibaratkan hidayah Allah itu seperti sinar matahari atau cahaya lampu. Maka seseorang akan merasa terang jika sinar matahari tersebut ada dan orang itu membuka matanya. Hidayah itu akan mampu menerangi hati jika pintu hati itu dibuka.

Jika sinar matahari ada tetapi seseorang itu tidak membuka matanya (merem), maka ia tidak akan merasa terang. Maksudnya, jika Allah hendak memberi hidayah kepada seseorang tetapi orang itu tidak mau membuka hatinya maka ia tidak akan mendapatkan hidayah. Atau sebaliknya jika seseorang membuka matanya (melek) tetapi sinar matahari tidak ada, maka ia juga tidak akan merasa terang. Maksudnya, jika Allah tidak berkehendak memberi hidayah, walaupun seseorang itu membuka pintu hatinya lebar-lebar tetapi Allah tidak berkehendak memberi hidayah, menghilangkan penyakit hati maka orang itu tetap tidak akan mendapat hidayah.

Tentunya yang terbaik bagi kita adalah kita tetap membuka pintu hati kita lebar-lebar, berusaha untuk menghilangkan penyakit hati kita, berusaha untuk menjadi baik, dengan dibarengi do’a yang terus menerus tanpa putus asa kepada Allah, sehingga ketika Allah hendak memberi hidayah kepada kita, maka hidayah itu akan dapat masuk ke dalam hati kita.


2.Menganggap orang lain salah (sombong).
Dalam hal ini menganggap pendapat orang lain salah, menganggap ajaran orang lain salah, menganggap amalan orang lain salah, mengaggap pemahaman orang lain salah, yang benar hanya ajaran kita, pendapat kita, amalan kita.

Padahal belum tentu orang lain yang kita anggap salah itu benar-benar salah, padahal belum tentu kita lebih benar dari orang lain, karena kita tidak benar-benar tahu apakah kita itu yang paling benar.
Yang paling benar dan mutlak benarnya hanya Allah SWT, yang lain itu tidak ada yang pasti benar.

Keyakinan kalau kita benar itu boleh, tetapi menganggap orang lain salah semua, yang benar hanya kita itu sangat tidak boleh, karena berarti kita memutlakkan sifat benar bagi kita, dan itu berarti kita sombong dan merampas kebenaran Allah.
Yang pantas bagi kita adalah, kita yakin tentang kebenaran pendapat kita, tapi jika ada pendapat orang lain yang berbeda dengan kita, maka kita harus toleran dan tidak menyalahkannya, karena boleh jadi ia yang lebih benar.

Maka dari situ, bagi pembaca blog ini, yang mengikuti ajaran dan senagnya nyalah-nyalahin pendapatnya orang, yang seneng bilang pendapat orang lain bid’ah, berhentilah membid’ah-bid’ahkan orang lain, karena bida’ah yang paling bid’ah adalah orang yang seneng membid’ahkan amalan orang lain.

3.Gembok Hati yang ketiga, Orang bodoh (tidak ngerti hukum) yang terlanjur salah paham

Misalnya, orang yang tidak ngerti cara sujud dalam solat yang benar, terus diingatkan, tapi ia malah menjawab “lha bapak saya, mbah saya sujudnya juga kayak gitu kok”. Nah itu contoh orang bodoh yang salah paham, seperti kaum jahiliyah dahulu. Mereka ngerti kalau Nabi Muhammad itu benar, mereka ngerti kalau Al-Qur’an itu wahyu, tetapi mereka mengatakan “beginilah adanya nenek moyang kami”.

0 komentar:

Template by : kendhin x-template.blogspot.com